Beranda | Artikel
Nasihat Jiwa Yang Tertimpa Musibah
Rabu, 3 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Nasihat Jiwa Yang Tertimpa Musibah adalah Tabligh Akbar yang disampaikan oleh Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas. Tabligh akbar bersama Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas ini diselenggarakan di Lapangan Umum Desa Sembalun Kec. Sembalun, Kabupaten Lombok Timur pada Jum’at, 18 Muharrom 1440 H / 28 September 2018.

Ceramah Agama Tentang Nasihat Jiwa Yang Tertimpa Musibah – Tabligh Akbar

Kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala, meskipun terjadi bencana gempa, tapi tetap sebagai seorang mukmin dan mukminah wajib untuk bersyukur atas semua nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Antara musibah dengan nikmat, yang terbanyak adalah nikmat. Musibah hanya untuk beberapa saat saja. Tapi nikmat, dari mulai kita lahir sampai kita dewasa sampai kita meninggal dunia, itu merupakan nikmat yang luar biasa dari Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّـهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ ﴿٣٤﴾

“…Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kalian tidak akan dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim[14]: 34)

Allah menyebutkan dalam ayat ini, bahwa nikmat Allah sangatlah banyak. Kalau kita mau menghitung nikmat Allah, tidak bisa dihingga. Dari mulai kita lahir, Allah berikan pendengaran, penglihatan, hati, akal, menghirup udara, kita bisa makan, kita bisa minum dan segala macam nikmat yang tidak bisa kita hitung. Dan apa yang kita peroleh dari mulai kita lahir sampai kita meninggal dunia, semua datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّـهِ ۖ …

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (QS. An-Nahl[16]: 53)

Yang perlu diingat, Allah menyebutkan dalam surat Ibrahim ayat ke-34 bahwa manusia sangat-sangat dzalim dan sangat kufur. Kalau kita lihat, banyak manusia yang dzalim kepada Allah. Diantara bentuk kedzaliman manusia adalah sebagai berikut:

Kedzaliman Manusia

Pertama, manusia tidak beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya ibadah kepada Allah. Mereka berbuat syirik kepada Allah, mereka memalingkan ibadah kepada selain Allah. Padahal Allah yang menciptakan mereka. Allah yang memberikan rezeki kepada mereka. Ini adalah kedzaliman.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّـهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴿١٣﴾

“…Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. Luqman[31]: 13)

Di muka bumi ini tidak ada kedzaliman yang paling besar melainkan syirik. Banyak sekali manusia yang berbuat dzalim kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan beribadah kepada selain Allah.

Kedzaliman yang kedua adalah manusia mendzalimi dirinya sendiri dengan banyak berbuat dosa dan maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sampai ada seorang ulama salaf mengatakan, “kalau seandainya dosa berbau, tidak akan ada orang yang ingin dekat dengan kita.” Karena banyaknya dosa kita. Yang paling besar adalah syirik, belum lagi durhaka kepada orang tua, minum khamr, berjudi, berzina, makan riba, dan yang lain sebagainya.

Akibat dosa sangatlah besar, diantaranya Allah turunkan adzab, musibah, dengan sebab dosa-dosa manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura`[42]: 30)

Maka dari itu kita wajib bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Ketiga, kedzaliman kepada hak orang lain. Apakah dia merobek kehormatannya? Menuduh dengan tuduhan yang tidak benar, atau mengambil haknya, atau dia berhutang lalu tidak membayarnya atau yang lainnya. Berkaitan dengan hak anak Adam, akan dituntut oleh Allah sampai hari kiamat nanti.

Keempat, manusia sangat kufur. Karena manusia tidak berterimakasih atas semua nikmat. Banyak manusia yang tidak ibadah kepada Allah, anak tidak syukur kepada orang tua, seorang istri tidak syukur kepada suaminya, seorang tidak bersyukur kepada orang-orang yang berbuat baik, murid-murid banyak yang tidak syukur kepada guru yang telah mengajarkan kebaikan kepada mereka. Maka dari itu kita wajib bersyukur atas semua nikmat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan kepada sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu:

يَا مُعَاذُ، وَاللهِ، إِنِّي لَأُحِبُّكَ، ثُمَّ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Wahai Muadz, demi Allah sungguh aku mencintaimu. Kemudian aku wasiatkan kepadamu wahai Muadz: Jangan sekali-kali engkau tinggalkan pada akhir setiap shalat untuk berdoa: Ya Allah bantulah aku untuk mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” [H.R. Abu Dawud, shahih, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi Dawud].”

Didalam hadits ini kita memohon pertolongan kepada Allah agar kita ditolong oleh Allah untuk selalu berdzikir kepada Allah. Kita tidak akan mampu untuk selalu berdzikir dan ingat kepada Allah kecuali dengan pertolongan Allah. Karena manusia tidak mempunyai daya dan upaya, manusia tidak mempunyai kekuatan apapun, manusia sangat lemah. Oleh karena itu tidak boleh ada manusia yang sombong. Kita sangatlah lemah dan Allah menciptakan kita semuanya dari air mani yang hina.

Kita memohon pertolongan Allah agar Allah menolong kita untuk selalu ingat kepada Allah. Karena manusia banyak yang lupa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hendaknya kita terus berdzikir kepada Allah setiap waktu. Bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baca juga dzikir pagi petang. Nabi mengajarkan demikian. Bahkan ada dua kalimat yang Allah cintai.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694)

MEMANDANG MUSIBAH DENGAN PANDANGAN TAUHID

Ketika kita mendapatkan takdir yang tidak kita sukai, yang harus kita lihat pertama kali adalah dengan pandangan tauhid.

Simak Penjelasan Lengkap dan Download MP3 Ceramah Agama Islam Tentang Nasihat Jiwa Yang Tertimpa Musibah – Tabligh Akbar



Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44790-nasihat-jiwa-yang-tertimpa-musibah/